1. Minta sumbangan untuk amal
2. Kehabisan uang untuk ongkos
3. Kehilangan dompet
Nah, tadi magrib saya jalan kaki dari Jl.Diponegoro melewati PUSDAI (Jl.Citarum) menuju Jl.Surapati. Saya memilih jalan sebelah kiri yang banyak pohon dan lebih gelap dibanding sebelah kanan yang lebih terang karena banyak penjual makanan.
Di setengah perjalanan tiba-tiba ada seorang perempuan pakai helm, sepatu dan jaket mengikuti dari belakang lalu dia menegur saya.
dia : "Mas, mas!!"
saya : "Ya! ada apa mba?"
dia : "Mas, ada buat bensin ga?" (dengan wajah sok akrab)
saya : "Apa?" (terheran-heran)
dia : "Lima Ribu aja mas!" (mengulurkan tangan ke arah saya)
saya : (melihat ke belakang dia ada motor bebek hitam sedang diparkir)
"Maaf mba, ga ada. Saya punya uang cuma pas buat ongkos saya"
(memang waktu itu saya cuma punya uang Empat Ribu Perak)
dia : "Ya sudah" (membalikan badan lalu berjalan ke tempat semula)
saya : (dalam hati) "Pura-pura mogok kehabisan bensin untuk minta uang"
Dari kejadian tadi, saya berani menyimpulkan bahwa perempuan tadi itu sedang mengemis, bukannya mogok kehabisan bensin. Alasan saya:
1. Mimik wajahnya tidak terlihat dia sedang resah karena motornya mogok.
2. Posisi dia berada di tempat yang gelap, logikanya berada di tempat yang terang supaya bisa lebih jelas cek kondisi motornya.
3. Di depan PUSDAI kan ada SPBU, jaraknya paling sekitar 30 meter. Kenapa dia ga langsung minta bensin saja kesana. Saya yakin SPBU akan ngasih kalau memang dia benar-benar kehabisan bensin, atau petugas SPBU yang bayarin bensinnya.
Di angkot baru kepikiran, kenapa ga saya ajak langsung saja perempuan itu ke SPBU. Saya bisa bayarin Dua Ribu Perak, tentu dia ga bisa mengelak (kan butuh bensin?). Dengan begitu dia bisa ketahuan sedang ngemis.
Ah, ada-ada saja cara-cara untuk mengemis (berbohong pula!!)
2 komentar:
alangkah baiknya orang2 yang berprasangka baik pada setiap hal yg ia hadapi, sebab terkadang Allah swt memberikan ujian dg kekuasaanNYa.Subhanallah..berprasangka baiklah kepada Tuhanmu niscaya itu yang akan ia gariskan....bgitu pula pada hambaNYa.keteguhan hati untuk beramal penuh dg perjuangan sahabatku
bukannya saya su'udzan, tapi fenomena ini sudah "sangat" memprihatinkan (karena faktor ekonomi). Pikiran dan krativitas digunakan untuk tipu-menipu.
Posting Komentar